Jumat, 30 Agustus 2024
Kamis, 29 Agustus 2024
SAGUSABLOG
SAGUSABLOG: Meningkatkan Kompetensi Guru melalui Blog
SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog) adalah sebuah gerakan inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru melalui pemanfaatan teknologi informasi, khususnya dalam dunia blogging. Gerakan ini diinisiasi oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) dengan tujuan agar setiap guru di Indonesia memiliki blog sebagai media untuk berbagi ilmu, pengalaman, serta inovasi pembelajaran.
Latar Belakang
Di era digital saat ini, perkembangan teknologi dan informasi telah memberikan dampak signifikan pada berbagai bidang, termasuk pendidikan. Guru sebagai agen perubahan diharapkan mampu mengikuti perkembangan ini agar dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Namun, banyak guru yang masih mengalami kendala dalam hal literasi digital, sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan kompetensi mereka di bidang ini.
SAGUSABLOG hadir sebagai solusi untuk mendorong para guru agar lebih melek teknologi, khususnya dalam pembuatan dan pengelolaan blog. Dengan memiliki blog, guru dapat mendokumentasikan berbagai materi pembelajaran, menyebarkan inovasi, serta berkomunikasi dengan sesama pendidik maupun siswa secara lebih efektif.
Minggu, 25 Agustus 2024
Sejarah singkat "guru" di Indonesia
Masa Pra-Kolonial
Pada masa sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat, pendidikan di Nusantara didominasi oleh sistem pendidikan tradisional yang berfokus pada pengajaran agama dan keterampilan hidup. Guru pada masa ini dikenal dengan sebutan "kyai" atau "ulama" di lingkungan masyarakat Islam, "pandita" di lingkungan Hindu-Buddha, dan "residen" di masyarakat adat. Mereka memberikan pendidikan di tempat-tempat seperti pesantren, padepokan, atau balai-balai desa.
Masa Kolonial Belanda
Ketika Belanda mulai menguasai Nusantara pada abad ke-17, sistem pendidikan mulai berubah. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah dengan tujuan mendidik anak-anak priyayi atau kalangan elit untuk menjadi pegawai pemerintah kolonial. Pada akhir abad ke-19, mereka mulai memperluas pendidikan ke kalangan pribumi.
